Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label anak. Tampilkan semua postingan

Kamis, 18 Agustus 2011

Ibu...Cepetan Dong...

Begitu kakak saya tahu dia hamil untuk yang kedua kalinya, ia langsung menyiapkan strategi supaya anak pertamanya yang belum genap tiga tahun tidak mengalami "sibling rivalry" atau persaingan antar saudara sejak dini. Diperkenalkan dengan calon adiknya, mengajak si kakak "ngobrol" sama si adek, minta ijin sama adek kalau mau minta dipangku ibunya, dan lain sebagainya. Tapi, lama-lama rasa cemburunya muncul juga. Mungkin karena dia melihat ibunya kalau pergi kerja, yang diajak adiknya (ya iyalah... masak perutnya mau ditaro..). Kalau pergi ke luar kota, adeknya juga yang diajak.
Suatu hari, si kakak nyeletuk sama ibunya, "Ibu, ayo...cepetan dong..."
"Cepetan apanya?"
"Itu...adeknya, dilahirkaann..."

Senin, 27 Juni 2011

It's Time to Go to The Masjid....Yiay!!!

Hai kids, wanna sing a cheerful song while we go to the masjid? Follow brother Rashid to sing this song...

Upsy Daisy by Yusuf Islam & Rashid Bhikha



Upsy Daisy, now don't be lazy,
it's time to go to the Masjid.
Wash your face up, and pick the pace up,
it's time to go the Masjid.
Help your mother to get your brother,
it's time to go to the Masjid.
It's a wonderful place to go,
as a family.

We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.
We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.

So, upsy daisy, now don't be lazy,
its time to go to the Masjid.
We'll greet everyone with Salaam
when we're at the Masjid.
 Listen carefully to the Imam,
when we're at the Masjid.
It's a wonderful place to go,
made for you and me.

We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.
We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.

So, upsy daisy, now don't be lazy,
it's time to go to the Masijd.
First we'll sit and read Qur'an,
when we're at the Masijd.
Next we pray with everyone,
when we're at the Masjid.
It's a wonderful place to go,
a wonderful place to be.

We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.
We'll be standing,
all together in prayer.
We'll meet all our friends
when we are there.'

Selasa, 19 April 2011

Kulihat Awan, Seputih Kapas

Kulihat awan
Seputih kapas
Arak berarak di langit luas
Andai ku dapat ke sana terbang
Akan kuraih, kubawa pulang
                     ***
Lagu ini yang biasa menemani saya dan Alifa berkendara motor, kecuali kalau sedang mendung.

picture taken from here

Minggu, 17 April 2011

Stop and Look

Wanna teach your children to cross the street savely? Try to sing this song. They love to sing, so we can give them the lesson and have fun together. I have listened to this song since I was little. Don't forget to dance together, too...

Stop and look
before you cross the street
use your eyes
befor you use your feet 
look right look left
and to the right again
this will save you from accident and pain

Stop and look
before you choose your way
use your eyes 
before you loose your way
ask Allah for guidance 
and you'll not go astray
you'll find peace and heaven too I say



Alifa dan Silogisme

Setiap minggu aku selalu menerima perkembangan baru "ulah" si kriwil Alifa. Kemarin ia menyodorkan obat berbentuk tablet pada ibunya. "Ibu, ini obat untuk orang dewasa. Ibu orang dewasa, ibu minum ini ya...."
Ck...ck...ck... kayaknya besok kalau kamu ikut Tes Potensi Akademik, nilai tertinggi kamu ada di bagian logika deh...
Premis Mayor --> Ini obat untuk orang dewasa
Premis Minor ---> Ibu orang dewasa
Kesimpulan -----> Ibu minum obat ini

Garuda vs Jerapah

Wah, mengikuti perkembangan bahasa anak-anak jaman sekarang memang bisa jadi membuat kita terkejut. Beberapa hari yang lalu Alifa (si tengil yang sekarang sudah 2 tahun 5 bulan) membuat istilah baru. Tiba-tiba saja ia menghampiri ibunya sambil membawa buku Undang-Undang Dasar '45 dan berkata, "Ibu, ini Garuda Pancasila."
si ibu yang sedang bersantai menyambutnya dengan senyum, "Iya, ini Garuda Pancasila." dan mulailah mereka mendeklamasikan kelima sila dari teks Pancasila. Tiba-tiba, si kecil nyeletuk, "Kalau Jerapah Pancasila itu yang seperti apa?" Kakakku terpana sejenak sambil menahan tawa.
Aih...aih... Nak...garuda dan jerapah memang berteman baik, tetapi bukan berarti kalau garuda punya pancasila, jerapah juga punya. Ada-ada saja...

Rabu, 16 Februari 2011

Ponakanku yang Jago Plesetan

Alifa namanya, sekarang umurnya sudah 2 tahun 3 bulan. Kalo kata orang, lagi lucu-lucunya. Kalau kata tantenya, lagi lucu kalau pas lucu, lagi manis kalau pas manis, tapi juga nyebelin kalau lagi "kesetrum" trus nangisnya nggak ketulungan. Tapi overall, bocah yang satu ini lagi nggemesin. Kalau lihat jalannya, larinya, nyengir tengilnya, keritingnya, ngocehnya, haddeewww....

Tapi, yang jelas bocah satu ini ga bisa berhenti ngomong. Seeeeetiap saat kalau ada dia di sekitar kita, pasti ada aja yang ditanyain.
"Tante lagi apa?"

"Alifa lagi apa?"

"Itu apa?"

"Tante siapa?"

"Alifa siapa?"

Kalau ada yang lagi cerita tentang orang lain, tiba-tiba terdengar celetuk, "Mbah Slamet siapa?" nah, lho...

Diiiiiulang-ulang pertanyaannya. Kalau lagi asyik main sendiri, pasti mulutnya ga berhenti bermonolog. Setiap mainan diberi nama. Adek musang, adek beruang, adek guk-guk, adek kelinci, adek pisang, adek monyet, tukik, mas brandon, mbak putri ayu, mobil-mobilan dipanggil bob the builder, adek sendok...

Tapi, yang paling bikin "amazing" adalah keahliannya bermain kata-kata, alias plesetan.
Eh, plesetan bukannya main game yang pake tipi itu ya? Oh, itu pley stesien ya...
Oh, plesetan itu kalo ngelap kaki... Itu mah kesetan... Nah lho, jadi ketularan...
Karir plesetan ALifa sudah dimulai sejak umur satu setengah tahun. Diawali dengan hobbinya nonton iklan. Suatu hari ada iklan tisu basah "Mitu". Ingat kan, lagunya gimana. "Ambil mitu...ambil mitu... ambil lagi...dst...dst...". Di kesempatan lain, ibunya lagi ngasih tau si bocah ini, "Itu tante lagi hamil, Fa..." tiba-tba krucil yang satu ini nyeletuk, "Hamil mitu...hamil mitu..." meledaklah tawa kami semua di sekitarnya....ampuun deh Fa, baru bisa ngomong aja udah bisa plesetan.

Suatu hari yang lain, saya ajak Alifa jalan-jalan naik sepeda roda tiganya. Jaga-jaga biar dia nggak kehausan, saya bawa botol "Aqua". Pas si bocah ini minum, dia tanya "Alifa minum apa?"
"Alifa minum...Aqua..."
eh, disambutnya dengan nyanyian, "....pundak, lutut, kaki, lutut, kaki...."
Wakakakakak..... belum genep dua taun udah nambah plesetannya...


Minggu, 11 April 2010

Alifa, Let's Sing Together...



My dearest niece Alifa, let's sing a beautiful song together. It called "Subhanallah", a song from Muslim Nursery Rhymes that is wrote by aunt Fatima Majeed. You dont't know the song yet? Ok, let's sing it together...

Look at the Earth, so wide and long
Look at the sky, so high and tall
Look at the sun, so bright and strong
Look at the moon above so small

Who made the Earth so wide and long?
Who made the sky so high and tall?
Who made the sun so bright and strong?
Who made the moon above so small?

Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah

Look at the nights and at the days
Look at the skies and at the seas
Look at the mountains and the leeways
Look at the plants and who made the trees?

Who made the nights? Who made the days?
Who made the skies and who made the seas?
Who made the mountains? Who made the leeways?
Who made the plants and who made the trees?

Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah

Look at the lion so brave and strong
Look at the camel so crooked but nice
Look at the giraffe, its neck so long
Look at the tiger with its bold, bold stripes

Who made the lion so brave and strong?
Who made the camel so crooked but nice?
Who made the giraffe, its neck so long?
Who made the tiger with its bold, bold stripes

Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, glory be to ALLAH
Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah

Kamis, 25 Maret 2010

Oalah, Nak...

Suatu malam saya mengajari seorang anak SD kelas 4 pelajaran bahasa Inggris. Tidak ada rencana belajar bahasa Inggris malam itu. Malah saya sudah menyiapkan soal matematika untuk dia kerjakan. Tapi sepertinya ia sedang suntuk karena sore tadi ia dimarahi oleh ayahnya, dan ia mengajak saya untuk bernyanyi. Oke, jawab saya, "Mau nyanyi apa? 'Que Sera-sera' aja, yuk? Atau 'Allah Makes the Rain Fall'?" "Nggak mau!" diam sejenak. Sepertinya dia sedang berpikir. Tiba-tiba... "Aku ada ide!! Gimana kalo' kita bikin lagu bahasa Indonesia jadi bahasa Inggris?", "Boleh juga. Idemu bagus. Mau lagu apa? Laskar Pelangi aja, ya?", "Jangaan...aku nggak suka." "Oke, mau lagu apa?", "Mmm...Bunga Citra Lestari ajah..." lalu ia mulai benrnyanyi dengan lancarnya "...bilang mama-mu, tak perlu kuatir ataupun curiga kepadaku...bilang papa-mu ku takkan buat kau menjadi anak yang nakal... biarkanlah saja dulu, kita jalan berdua... la...la...la..."

Huwee...anak kelas empat esde hobby sama Bunga Citra Lestari? Yang suka nyanyi lagu cinta-cintaan itu? Oh My God... what a pity... Kenapa mereka tidak punya profil figur yang seusia dengan mereka? Saya jadi berpikir ulang, iya ya, kok nggak ada lagu yang pas untuk anak seusia mereka... Masa' anak umur 9 tahun menyanyi lagu cinta dengan fasihnya, dengan kata-kata romantis tapi gombal...dan mereka tidak tahu makna dari nyanyian itu... Mengapa mereka tidak bernyanyi tentang cita-cita, tentang persahabatan mereka, tentang ayah dan ibu, atau tentang pengalaman keseharian mereka...

Haduu...padahal perkembangan kecerdasan bahasa anak kan dibentuk lewat nyanyian, bacaan, dan tayangan yang mereka konsumsi setiap hari. Kalau anak-anak ini tidak punya lagu khusus untuk segmen mereka sendiri, bagaimana nasib perkembangan bahasa dan emosi mereka, ya? Masa' kecil-kecil nyanyinya "...cinta inii..., membunuhkuu..." atau, "...engkaulah makhluk Tuhan, yang tercipta yang paling seksi...ah...ah...ah...".

Kira-kira rasa bahasa yang seperti apa yang mereka serap dalam otak dan hati mereka?

Rabu, 01 Juli 2009

I was Ben

Ben
by Michael Jackson

Ben, the two of us need look no more
We both found what we were looking for
With a friend to call my own
I'll never be alone
And you my friend will see
You've got a friend in me

Ben, you're always running here and there
You feel you're not wanted anywhere
If you ever look behind
And don't like what you find
There's something you should know
You've got a place to go

I used to say, "I" and "me"
Now it's "us", now it's "we"

Ben, most people would turn you away
I don't listen to a word they say
They don't see you as I do
I wish they would try to
I'm sure they'd think again
If they had a friend like Ben
Like Ben

Lagu ini dinyanyikan oleh Michael Jackson yang beberapa hari yang lalu telah menjadi almarhum. Penyanyi yang dijuluki Angel Voice ini (tapi memang suaranya seperti angel kok...-ceileh, kaya' tau aja suaranya malaikat kaya' gimana ^^,)menyanyikan lagu ini pada tahun 1972. Hm... masih kanak-kanak, dia. Sebenarnya lagu ini bercerita tentang persahabatan seorang anak dengan seekor tikus bernama Ben. Si tikus ini adalah binatang yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai binatang yang kecil, tidak berarti, menjijikkan, sehingga Michael menyebutkan dalam liriknya, "...Ben, most people would turn you away...". Tapi si Michael ini tak peduli apa anggapan orang, dan tetap berteman dengan si Ben.

Awalnya saya tidak tahu lagu ini bercerita tentang apa. Pertama kali saya dengar lagunya, tahu liriknya, saya merasa ingin menangis karena saya menafsirkan lagu ini sebagai kisah seorang anak yang menjadi korban bullying teman-temannya, tetapi ada seorang sahabat yang tetap mau berteman dan berdekatan dengannya. Saya merasa saya dulu adalah Ben, si anak yang terkucilkan dari lingkungan sosial teman-teman sebayanya. Tapi saya tidak membandingkan diri sendiri dengan tikus, lho... (kan saya awalnya tidak tahu kalau Ben itu seekor tikus...). Saya jadi ingat dulu waktu masih SD, ada sekelompok anak minoritas yang berbeda penampilan dibanding dengan kebanyakan teman yang lain. Beberapa anak ini (kira-kira 2 sampai 3 anak-salah satunya adalah saya), selalu memakai seragam yang berwarna lebih kusam daripada yang lain. Kemeja abu-abu (aslinya sih putih, tapi karena bajunya warisan, jadi lebih abu-abu) kebesaran, rok merah kepanjangan, dan sepatu dengan sol agak mangap sedikit, tapi walaupun sedikit, tidak luput dari pengamatan anak-anak lainnya. Jadi, bisa ditebak, mengapa teman-teman yang lain memilih anak-anak minoritas ini sebagai unwanted children in their society. Sebagai akibat dari perlakuan diskriminasi dari teman sebaya mereka, ketiga anak ini selalu menjadi bahan olok-olok, mendapat berbagai julukan tidak menyenangkan, tidak diikutsertakan dalam permainan-permainan, ditolak pada saat akan bergabung dalam kelompok pramuka, dan terkadang mendapat lemparan benda-benda kecil seperti karet penghapus atau kapur tulis. Sedihkah melewatkan masa kanak seperti itu? Jelas...

Sebagian orang melewatkan masa kanak mereka dengan baik-baik saja, bahkan bahagia dan bisa mengembangkan karakter. Namun sebagian yang lain seperti 3 anak yang saya ceritakan di atas bisa jadi tumbuh menjadi anak yang tertutup, menarik diri dari lingkungan sosial, mengembangkan sifat-sifat inferior (merasa rendah diri, tidak percaya diri), atau bisa jadi menjadi remaja yang antisosial karena sejak kecil menganggap dirinya telah tertolak dari lingkungan. Tentu saja hal ini tidak lepas dari faktor pengasuhan dari orang dewasa di sekitarnya. Jadi memang benar, fase perkembangan sebelumnya memberi andil dalam mewarnai bagaimana seseorang berkembang pada fase berikutnya. Tidak berarti seseorang yang mengalami masa perkembangan kanak-kanaknya negatif kemudian menjadi orang dewasa yang bermasalah, akan tetapi jika masalah pada fase perkembangan kanak-kanak tidak segera dideteksi dan diberi intervensi, maka masalah perkembangan akan berlanjut hingga remaja dan dewasa.

Kita tidak hanya perlu memperhatikan anak-anak yang mengalami social pressure atau tekanan sosial dari teman sebayanya, tetapi juga pada anak yang berpotensi melakukan tekanan sosial tersebut, seperti anak yang tempramental, terlihat bossy, agresif, dan memiliki egosentris yang berlebihan. Pada dasarnya, anak-anak memerlukan perhatian yang wajar dari orang dewasa di sekitarnya. Tanyakan bagaimana aktivitas dia hari ini, ngapain saja dia di sekolah, bagaimana perasaannya hari ini, ada teman yang bikin ulah nggak, atau adakah sesuatu yang membuatnya senang. Sederhana, bukan? Melatih anak untuk terbuka, berbagi cerita dan berteman dengan orang dewasa seperti orang tua, kakak, om-tante merupakan langkah awal membentuk karakter positif pada anak, setidaknya melatih anak untuk melepas emosi tanpa aktivitas agresif.