Senin, 06 September 2010

Lelaki Buta dan Lelaki Renta

Sore itu seorang pemuda mengendarai motor hitamnya sepulang dari kantor. Suasana jalanan yang macet penuh kendaraan ditambah panasnya cuaca membuat suasana hatinya semakin buruk. Pagi tadi ia mendapat teguran cukup keras dari atasannya karena proyek yang ditangani oleh timnya tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Ia pun dipersalahkan atas ketidakberesan kerja yang ia dan teman-temannya telah lakukan. Si pemuda bertambah kesal mengingat kejadian tadi pagi. Bukankah yang bekerja lima orang? Kenapa hanya ia seorang yang harus menanggung ketidakpuasan atasannya? Ia mulai mempersalahkan teman-teman satu timnya dalam hati. Gara-gara si Ewin nih, kemarin dikasih tugas bikin laporan harian aja nggak dikerjain. Si Dito juga nih, kerjaannya cuma sms-an melulu. Yogi juga, jadi kepala tim tapi kok nggak dewasa. Hmm... panasnya cuaca sepertinya tak bisa mengalahkan panasnya hati pemuda ini.

Motornya masih melaju perlahan di persimpangan jalan. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan dua orang yang menyeberang jalan. Sontak ia mengerem sepeda motornya. Untung saja rem-nya cakram sehingga motornya berhenti seketika. Ia hanya bisa memaki perlahan, karena ternyata dua orang yang menyeberang adalah anak lelaki kecil yang menarik sebilah tongkat yang digunakan seorang lelaki buta sambil menenteng beberapa kemoceng. Rupanya pedagang kemoceng.
Ia kemudikan lagi motornya sampai berhenti di lampu merah di sebuah perempatan jalan. Masih 120 detik lagi menuju lampu hijau. Ia melihat seorang lelaki renta memakai baju abu-abu, ia menduga baju itu tadinya berwarna putih yang sekarang telah lusuh. Lelaki itu duduk bersandar tiang lampu lalu-lintas sambil mengipas wajah dan lehernya dengan topi sambil menyanding beberapa lembar kertas tebal berukuran A3 bergambar binatang, buah-buahan, dan alat transportasi, serta beberapa buku mewarnai. Enampuluh detik pemuda itu memperhatikan lelaki renta sambil sesekali benaknya teringat lelaki buta yang menenteng beberapa kemoceng yang berjalan digandeng oleh seorang bocah tadi. Lamunnya tersentak tiba-tiba dan ia segera memanggil si bapak renta itu. "Pak...Pak..., minta kertasnya sama bukunya dua ya." dan si bapak langsung berdiri dan menghampiri pemuda sambil membawakan barang pesanannya. "Delapan belas ribu, Mas..." katanya. Pemuda itu merogoh sakunya dan hanya mendapati selembar limapuluhribuan. Ia serahkan pada si bapak dan ia merogoh-rogoh saku kemeja lusuhnya untuk mencari kembalian. Tetapi waktu detik pada lampu merah menunjukkan angka satu dan pengemudi kendaraan di belakangnya sudah mulai membunyikan klakson. Pemuda tadi langsung berkata, "Sudah, Pak. Untuk Bapak saja..." kontan wajah si bapak berubah seketika dan ia hanya bisa berkata, "Terima kasih, Mas..." sambil memandangi pemuda itu dengan tatapan mata setengah tidak percaya.

Pemuda itu langsung melaju menyambut lampu hijau. Seratus meter setelah ia melalui lampu merah tadi, ia menggumam, "Lelaki buta dan lelaki renta saja masih bersemangat menjemput rizki-Mu. Maka tak ada alasan bagiku untuk berangkat ke kantor dengan keluh kesah dan wajah lesu esok hari. Allah, terima kasih Engkau telah mengingatkanku hari ini..."

3 comments:

Akhyari Zudhi mengatakan...

nulis cerpen ya,Rul?
inspiratif ki...berarti aku yo kudu semangat menjemput maisyah ki... :D

Akhyari Zudhi mengatakan...

nulis cerpen ya,Rul?
inspiratif ki...berarti aku yo kudu semangat menjemput maisyah ki... :D

Akhyari Zudhi mengatakan...

nulis cerpen ya,Rul?
inspiratif ki...berarti aku yo kudu semangat menjemput maisyah ki... :D

Posting Komentar