Sabtu, 27 Maret 2010

Sensitif, Perlu Itu (Bag. 2)

Setelah di-recall, ternyata cukup banyak sumber yang berhasil memompa keluar air mata saya. Mulai dari bacaan, film, lagu, dan lain-lain. Tentu yang paling diingat adalah yang paling berhasil membuat air mata saya terkuras sampai habis dan menyebabkan kantung mata saya sebesar kantung yang biasa dipakai latihan tinju.
  1. Buku. "A Child Called It" karangan David Pelzer berhasil membuat saya terenyak selama tiga hari dengan kantung mata tebal dan lengan baju selalu basah karena dipakai menyeka, tetapi saya tidak bisa meletakkan buku ini dan berhenti membacanya. Buku ini menuturkan kisah nyata pengalaman sang penulis tentang masa kanaknya yang menyedihkan. Ia merupakan korban kekerasan sadis (child abuse) dari ibu kandungnya sendiri yang mengalami ketidakseimbangan mental. Hari-harinya dilalui dengan berbagai penyiksaan ibunya, mulai dari dikurung dalam basement, dipaksa berbaring di atas kompor panas, dipaksa memakan kotorannya sendiri, meminum cairan pembersih kloset, sampai ditusuk perutnya menggunakan pisau. Tidak hanya itu, si ibu juga orang yang manipulatif, sehingga para tetangga dan guru di sekolah dibuat tidak mempercayai keterangan anaknya, sebaliknya malah menganggap David ini adalah anak nakal. Bahkan sekuelnya (The Lost Boy) juga membuat airmata sedikit meleleh. Buku ini saya baca dulu saat SMP, sambil jaga warung. Beberapa pembeli heran melihat saya meladeni mereka dengan mata sembab (mudah-mudahan tidak dikira pembantu yang disiksa majikan, hehehe...)
  2. Film. "I am Sam" yang dibintangi Liam Neeson dan Dakota Fanning juga menguras air mata. Perjuangan seorang ayah yang menderita retardasi mental dalam memperjuangkan hak asuh atas anak tunggalnya menjadi inti cerita. Sang ayah yang telah berusia 30-an memiliki usia mental layaknya anak 8 tahun. Maka sesuai putusan pengadilan, ketika sang anak menginjak usia 8 tahun, ia harus diambil oleh dinas sosial karena dikhawatirkan sang ayah tidak dapat melakukan pengasuhan atas anaknya. Namun ikatan batin yang kuat tidak dapat memisahkan mereka. Maka sang ayah mati-matian membuktikan pada pengadilan bahwa ia mampu menjadi ayah yang baik. Mendapat pekerjaan sebagai pelayan kedai kopi dan pengurus anjing peliharaan, mampu mengurus rumah tangga, belajar mengoperasikan alat-alat rumah tangga, dan menunjukkan perilaku dan emosi layaknya orang dewasa. Begitu juga sang anak yang berusaha membantu ayahnya dengan selalu menutupi kekurangan ayahnya, membantu menghafal jenis kopi yang dijual sang ayah, membereskan rumah, dll. Sulit diceritakan, menarik untuk ditonton ^_^
  3. Tayangan Televisi. "Jika Aku Menjadi" tepatnya pada bagian akhir acara, ketika keluarga yang ditempati sang tamu mendapat hadiah dari tim JAM. Hiks...hiks... banjir air mata deh... Y_Y
  4. Lagu. "The Last Breath" yang dilantunkan Ahmad Bukhatir menciptakan kesan yang bercampur: ngeri, sedih, dan semangat sekaligus. Liriknya ada di postingan saya terdahulu.
  5. Pengalaman. Pengalaman saya bertemu dengan seorang nenek tua yang masih harus berjualan menghidupi keluarganya, padahal berjalan saja beliau sudah kesusahan. Juga dengan seorang bapak tua dan mengalami cacat fisik, tetapi ia masih gigih menjajakan koran dan hasta karya di perempatan dekat Lapangan Mandala Krida. Semoga Allah menghadiahinya kemuliaan di dunia dan akhirat, amiin. Hhhh.... lagi-lagi membuat saya menangis...

4 comments:

bang Tomo mengatakan...

film Three Idiot jg kren lho...

shobria nurul mengatakan...

Iyo, aku yo wis nonton.
"Chase Excellence - Success will follow..."

mbak'e mengatakan...

Kok liam neeson to, iku rak sean penn

shobria nurul mengatakan...

oh, iyo mbak. lagi nyadar aku. iku rak sean penn yo, hihihi...

Posting Komentar